Sono

Malu

Untukmu English, 
Aku yakin Allah membimbing. Dia membimbing hamba-Nya dari ketidaktahuan, karena ketidaktahuan itu, Dia tempatkan hamba-Nya disuatu tempat yang Dia tentukan agar hamba-Nya tidak lagi merasakan ketidaktahuannya itu.

Sebenarnya simple, tinggal yang menjalani, merasa terbebani atau tidak. Kalau terbebani wajar, namanya juga adaptasi. Kalau tidak juga wajar, namanya juga udah ada persiapan.

Kenapa aku tulis ini?
Karena aku malu, malu karena tak mampu berbicara English seperti dosenku. Setiap ditanya, aku selalu gelagakan.

Kenapa?
Karena aku kurang belajar. Sejujurnya, aku sudah berusaha belajar serajin ini, tapi masih bego. Kadang aku terpaksa berprasangka buruk, kenapa tak ada hasilnya aku belajar, kenapa susah banget untuk ngomong?, padahal sudah aku bayangkan kalau dengan percaya diriku sekarang aku bisa ngomong dengan baik, tapi salah. Salahnya karena aku sombong. Merasa bisa, padahal tak sebisa itu.

***

Ketika weekend tiba, sebenarnya aku takut. Takut melihat wajah bapak dan ibu. Melihat wajah meraka yang bahagia ketika melihat anaknya sebesar ini. Namun bukanlah itu yang sebenarnya, aku adalah anak yang memalukan. Bapak dan ibu habis uang banyak untukku yang tak kunjung pintar ini. Mereka mendanai kebodohanku yang tak kunjung selesai. Aku malu harus melihat wajah mereka. Aku malu.

Dosenku bilang, "Ayo kritis!" * Aku bisa kritis.
Dosenku nyuruh, "Give me some respond!" * Di posisi itu aku tak bisa apa-apa. Aku belum juga bisa menjawab dengan English yang baik.

Jika kakak-kakakku baca ini. Inilah alasan mengapa aku males pulang.

***

Aku malu menjadi Bayu yang sekarang.

Tidak ada komentar

Posting Komentar