Untuk hati yang baik,
Pertama tahu ada wajah secantik itu, aku diam. Disaat wajah itu nampak kedua kali, aku tersenyum. Gelisah datang dipikiran, karena aku terlalu ikut campur urusan Yang Maha. Dan aku kembali diam, membuang gelisah dengan kalimat pasrah,
"Jika kau tampakkan ciptaan-Mu secantik ini, sungguh hamba munafik jika hati tak bergetar, sungguh kebesaran-Mu ada padanya. Engkau menampakkannya dimataku, mata tak mampu berkedip, hanya mulut yang menangis dengan ucap, Subbahanaullah, dia-kah makhluk-Mu?"
"Hari ini, aku melihat, ada hasrat untuk mendekat, namun aku tak mau melebihi takutku pada-Mu. Jika Engkau mengizinkan, perkenalkan-lah aku.... pada jasad yang elok itu."
Hari usai, dan semua berakhir.
***
Berbaris dalam malu. Menjalani hujannya penistaan mahasiswa baru dari mahasiswa lama, ada hati yang bergembira. Di sudut kecil, tampak wajahnya kembali. Nampaknya Tuhan tahu, aku mau. Berharap dekat, namun takut marah-Nya, karena aku lelaki dan dia perempuan.
Perlahan hadir dalam hati, sebuah percikan obrolan manis,
"Lihatlah Bayu, dia gadis manis, dia gadis cantik, tak inginkah kau mengilhaminya sebagai garis dari Yang Kuasa?"
"Tidak. Cukuplah seperti ini."
"Mengapa? Apakah kau tak mengenal kekasih?"
"Aku masih jauh untuk itu."
"Baiklah, kau tahu apa yang kau butuhkan."
Hari penistaan mahasiswa baru itu usai, dan semua berakhir.
***
Perkenalan tempat yang rindang dipenuhi oleh mahasiswa baru yang berusaha mendamba kampus sastra yang tampak begitu biasa. Pasrah kembali aku haturkan pada-Nya,
"Jika Engkau Yang Maha Mengetahui, mempercayakan hamba untuk mengenalnya, tentu Engkau suapkan kata dipikirannya untuk disampaikannya kepadaku. Dan aku terserahkan ini pada kuasa-Mu, namun sesungguhnya aku menunggu."
Tak lama, dia yang cantik wajahnya menatap muka dekilku, dan berucap,
"Kau-kah Bayu dengan tawa heu.... heu.... heu.... itu?"
Sungguh khas tawa Sujiwo Tejo itu membuatku merasa manis. Nampaknya Tuhan tahu, aku mau. Dia menyapa, dan aku mengenalnya tak sekedar lewat mata.
Hingga hari perkumpulan di gedung itu usai, hatiku tak juga kusam.
***
Hari dimana aku mendamba, tak berbeda jauh dengan hari dimana aku berterima kasih pada-Nya. Cukuplah seperti ini, tak perlu terlalu dekat, karena aku takut akan marah-Nya.
Mungkin ada yang berbisik, aku mendengar dia menyukaiku. Aku tak rupawan, namun dia tahu aku dermawan. Serasa semakin berlipat jalanku menuju surga, karena aku bukanlah dermawan seperti apa yang dia tahu. Aku hanya dermawan dalam berkata, hingga mereka tertawa, hingga mereka ingat apa itu benar, dan hingga mereka tahu bahwa bukan hanya gamis seragam untuk menghadap-Nya, insya Allah. Aku bukanlah orang dermawan.
***
Sesuatu itu kembali berbisik,
"Hai Bayu, dia menyukaimu, tak maukah kau mencoba dekat dengannya?"
Aku berusaha. Namun, menyayat hati. Dia tak bisa dekat denganku. Dan ini petunjuk dari-Nya, karena pemikiranku terbatas, hal ini salah, tak seharusnya aku melangkah tanpa meminta izin-Nya.
Kasih telah usang, dan pergi menggenggam kata manis "Sufferance Jomblo".
***
Semua yang baik memiliki Ijtihad, memiliki penangguhan, namun aku tak berkata ini baik. Aku mendekatinya karena dia jauh dari-Nya, aku mencintainya karena tulusnya dia bermunajad pada-Nya. Dia mau kembali, namun tak memiliki kawan yang sama-sama mendekat. Dan aku tawarkan jasad ini kepada-Nya untuk berjalan bersama kembali ke jalan yang baik, karena aku bukanlah seorang yang suci, tentu tak pantas dipanggil guru.
***
Terima kasih Yang Maha Esa, sungguh indah amanah-Mu. Terima kasih. Dan dia, semoga tahu mana yang benar dan yang salah, karena aku pun masih jauh dari ridho-Nya untuk membuat orang tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Semoga kau menjadi gadis yang sholehah, jangan cintai aku, cintailah Dia yang membuatku mencintaimu. :)
Tidak ada komentar
Posting Komentar