Sono

EDSA Nowadays

Berdasar pada sebuah kekecewaan. Aku jelaskan apa itu kerjasama. Namun, pertama aku akan memberitahu apa itu EDSA.

EDSA adalah singkatan dari English Department Students Association. Dan itu saja yang aku ketahui. Himpunan ini menaungi mahasiswa jurusanku di universitasku.

Anggotanya lucu-lucu, pinter-pinter, tapi cacatnya masih belum tahu tentang efektivitas waktu. Disini aku bukan berbicara ini karena aku lebih paham, namun aku hanya ingin berbagi pengalaman. Sejujurnya tidak pantas seorang yang baru bergabung sudah sok tua dan mencoba meneramahi senior yang banyak orang bilang lebih kece dari junior.

Pertama yang paling crucial dimataku adalah soal rapat. Setahuku waktu aku magang disebuah stasiun televisi, ketika meeting berlangsung memang selalu ada perdebatan, namun inilah point-point yang mereka ungkapkan:
  • Mereka berani mengkritik, namun tak cuma kritik, karena mereka mengkritik karena memiliki dasar solusi yang bisa memperbaikin yang kurang tepat.
  • Mereka yang bertugas dibagian kreatif (jika dalam organisasi biasanya disebut sie acara) selalu mempertahankan apa yang telah mereka tulis di-rundown-nya, karena kreatif selalu merancang sesuatu sesuai dengan seberapa kreatif mereka bukan cuma menyusun sesuatu untuk menarik saran.
  • Mereka serius, tak pernah keluar konteks, dan selalu hemat akan waktu.
  • Mereka selalu mengkritik sesuai dengan kondisi lapangan, bukan ego masing-masing.
  • Mereka selalu berargumen dengan sopan, dan tak pernah memotong pembicaraan.
Itulah yang aku tahu. Ketika aku dicemooh saat rapat berlangsung, karena tak pernah serius, selalu keluar ruangan, dan lain sebagainya, sebenarnya karena aku bosan. Pembahasan yang seharusnya selesai hanya dalam lima menit, malah diperpanjang karena begitu banyak saran. Saran sebenarnya cukup diterima sebelum acara belum fix.

Namun inilah yang namanya simulasi, tak akan sama dengan turun kelapangan. Kadang aku benci dengan rekan yang hanya berpendapat menurut ego, tanpa menghormati ego yang lain,

karena sebenarnya, seorang yang diam adalah seorang yang menghargai ego orang lain. Mereka yang bertahan hanya menunggu waktu yang tepat untuk berucap, bukan berucap untuk sebuah pencitraan sebagai ciptaan Tuhan yang menuhan.

Tidak ada komentar

Posting Komentar