Apa kabar global warming? Tak ada media yang terus membahas ini kecuali NatGeo. Emang NatGeo keren, selalu mengais informasi yang belum pernah aku ketahui.
Jember adalah kota baruku. Disini dingin tiap malem, dan hujan tiap siang, tapi tak apa, tanpa hujan galauku jadi tak terbendung. Galau? Masih jaman galau? Seorang Bayulistyo galau? Sumpah?
Lumajang, bukan mantan tapi merupakan kotaku yang sebenarnya. Aku suka Lumajang karena kota Lumajang adalah kota yang...
SEPI
Lepas jam 8 malem, semua pada kabur. Entah apakah ada nuklir yang mendarat di jam itu. Ironisnya adalah kota pisangku ini sekarang tak sedingin dulu. Dulu aku pipis langsung beku, kakiku sering kriput, bauku gak enak, karena emang jarang mandi.
Sebuah malam yang indah ketika aku masih berada di rumah bersama keluarga. Didepan televisi:
Jam 18.00 ~ Ayahku datang dengan senyum, dia ambil remote control, dia ganti ke program berita, dan pasang ekspresi pemain kartu (pokerface).
Jam 18.30 ~ Kakakku yang nomer dua datang, duduk didepanku, menghalangi pandanganku ke televisi.
Jam 19.00 ~ Si Izham datang, merubah nuansa nonton televisi menjadi nuansa [Masih] Dunia Lain. Sedatangnya dia adalah waktu dimana aku harus menjaganya untuk mencegah dia yang lagi hobi jalan. Sama seperti peserta [Masih] Dunia Lain yang setia menjaga lilinnya agar gak ketakutan, bedanya kalo disana takut diganggu hantu kalo aku takut diomelin mamanya dan neneknya Izham.
Begitulah . . . .
Tiba saat tidur. Panasnya Lumajang hampir menyaingin Surabaya di Malam hari. Namun, semua orang dirumahku tidur dengan nyenyak, kecuali aku, karena aku tidak kebagian kipas angin.
Suatu malam, aku memancing ngantukku dengan menonton televisi. Aku lihat acara Dua Dunia. Keren acaranya, bikin iman bertambah. Suatu ketika ada pertanyaan dari ustadnya,
~***~
"Hei kamu (setan), apa yang kamu rasakan jika aku baca ayat Al-Quran?", kata pak Ustad.
"Ya panas bego! Kan disitu juga udah ditulis.", kata setan.
"Astaufirloh, istifar-istifar.", kata pak Ustad.
"Lu bego apa?! Setan kok disuruh istifar, ya sama aja nelen mesin jahit. Mati dong guehh?", kata setan.
"Oh iya, lupa.", kata pak Ustad.
~(percakapan diatas hanya rekayasa)~
Dari situ aku sadar, bahwa untuk melawan setan harus dengan ayat Al-Quran, aku tegaskan lagi...
DENGAN AL-QURAN, KITAB KITA!
10 menit kemudian aku berfikir. Suasana jadi hening, hanya terdengar suara tivi yang masih hidup.
Sujiwotejo pernah bilang dalam videonya kalau,
"Semua harus dikaitkan dengan matematika, karena semua memiliki logika."
Jadi begini, muncul pertanyaan dariku:
Setan memang mutlak musuh manusia, dan manusia punya kitab suci. Setan kepanasan ketika manusia baca ayat dikitabnya. Sekarang aku lagi kepanasan. Anjing! Pasti setan lagi baca kitabnya. Kampret! Fuck lu setan! Goddamn you, setan!
***
Just intermezzo, guys. Tambahkan mengaji setelah sholat. InsyaAllah, nikmat kita ditambah, dan bisa investasi untuk rumah kita kelak di Surga. Amin.
Tidak ada komentar
Posting Komentar