Sono

nasib & syukur

"Salut! Je m'apelle Bayu."

Itulah yang sering aku ucapkan saat kelas Perancis. Dibilang bego sih, pasti. Tapi bukan menjadi masalah besar karena masih ada waktu untuk usaha.

Tempo hari, aku diutus untuk beli batagor oleh kakak. Aku mendapati sebuah status keberadaan yang biasa kita perdebatkan,


***

Banyak anak pegang smartphone, tablet, laptop high spec, dan lainnya. Mereka bahagia dengan gadget yang mereka miliki, tetapi mereka tidak pernah memikirkan proses bagaimana gadget itu bisa dibeli. Masa labil memang masa kita saat ini, namun masa kemunafikan sudah seharusnya tidak ada dalam diri.

Mereka ke Cafe, ngeluarin gadget, buka twitter, dan update. Dibalik kegembiraan mereka, tidak selalu orang tua juga mengalami hal yang sama. Mungkin orang tua kita malah berfikir kritis untuk memenuhi apa yang akan kita minta selanjutnya. Dan itu menyedihkan.

***

Lihatlah beliau diatas. Dia jauh-jauh dari Bandung berkunjung ke Lumajang hanya untuk menjual produk khas kotanya. Dia masih muda dan dia tidak punya gengsi. Dikala kalian berfikir dan berangan,

"Aku ingin seperti pak Mario Teguh."

"Aku ingin seperti mbah Sujiwo Tejo."

"Aku ingin seperti Raditya Dika."

"Aku ingin seperti om Bob Sadino."

Untukku,

"Aku hanya ingin menjadi sosok sepertinya. Hidup tanpa gengsi, namun penuh mimpi."

---

Sekian selamat belajar!

Tidak ada komentar

Posting Komentar