Contact Me

Nama

Email

Pesan

Created by Templates Zoo

Sono

satu kata dalam satu detik: 'Hai!'

Tanggal 18 Juni, sekolahku mengadakan kontes tatto tahunan yang mereka sebut dengan 'Cap 3 Jari'. Aku yang tercatat sebagai alumni tak boleh melewatkan kontes ini. Karena 'Cap 3 Jari' adalah sebuah tanda yang berfilosofi layaknya tatto, dan ini juga permanen.

***

Pagi itu, aku terbangun dengan tatapan konyol keponakanku yang tampak seperti Shincan. Dengan sentosa aku beranjak dari ranjang setelah ibuku beberapa kali mengeluarkan aumannya,

"Heh! Cepat bangun sana!!!"

Dan tetap, aku menjawab, "AYAAAAMMMMKUUUUU!!!"
Tampak aneh bagiku saat itu, karena aku baru pagi itu bangun dijam yang masih malem yaitu jam 6.00 WIB. Entah menurut kalian itu pagi atau siang, tapi buatku itu malam, karena aku harus melanjutkan tidur. Kontes 'Cap 3 Jari' berlangsung pada jam 8.00 WIB, dan berarti aku masih bisa tidur satu setengah jam lagi.

Tepat satu setengah jam, handphoneku berdering. Bapakku telepon. Ternyata beliau hanya memastikan aku tidak terlambat ke sekolah. Dengan alarm dadakan itu, aku bergegas mandi, Sarapan, dan...

Tidur lagi. (intinya aku berangkat ke sekolah)

(Sesampainya di sekolah)
Setelah kuparkir motor dengan rapi (karena mantan tukang parkir), aku melihat suasana sekolah yang sangat ramai. Sangat berbeda dengan apa yang aku pikirkan, suasana begitu sunyi... sepi... hanya ada pelajar senior yang udah alumni untuk menghadiri kegiatan ini. Setelah aku tanya Pak Satpam, ternyata junior-juniorku lagi class-meeting,

'Mampuuusss!!! Aku gak dandan.', kataku dalam hati.

Dengan rambut boybandku dan seragam tom-cat yang terbalut sweter, aku berjalan melintasi ramainya adik-adik kelas yang cantik dan juga seksi. Mereka menatapku dengan tatapan layaknya melihat seorang pemulung yang masuk komplek sekolahan dan gak dimarahin Satpam. Sungguh tragis.

Dengan muka bego (karena gak tau harus apa, harus kemana, harus tanya siapa) datang dua pasangan temen sejurusan, dan dengan kompak mereka berkata,

"Ruang 4, Om.", dan mereka lanjut pergi.

Aku kagum, mereka mungkin emang jodoh. Mereka mengucapkannya bersamaan. Mereka adalah Ria & Sofan (alias: Sotoy).

Mereka pergi, dan aku berfikir. Aku berfikir tentang Ruang 4. Ada apa dengan Ruang 4? Apakah ada pelajar yang diperkosa? Tapi itu mustahil. Nampaknya aku terlalu bego bisa kepikiran hal seperti itu. Dan aku akhirnya tau, bahwa 'Cap 3 Jari' untuk jurusanku berlangsung di Ruang 4.

Tepat di depan ruang kelas itu, terlihat teman-teman sejurusan lagi lomba jongkok (mungkin karena kursi yang terbatas). Tanpa ramah-tamah, aku langsung masuk ke dalam ruangan dan melaksanakan 'Cap 3 Jari'. Dan keluar ruangan dengan hati sumringah melihat teman-teman yang berhamburan gak jelas.

Setelah beberapa obrolan dan candaan, aku menyodorkan isi tasku kepada mereka. Sebelumnya aku mampir ke Indomaret untuk beli dua bungkus permen Mentos dan Mintz. Setelah ku buka dan aku tawarkan kepada teman-temanku, ternyata setelah beberapa minggu gak ketemu mereka semakin bringas. Aku prihatin. Aku prihatin dan aku sadar kalo temen-temenku belum tau apa itu permen. Mereka berebut layaknya harimau melihat rusa atau aku melihat rok mini.

Setelah moment ngasih makan harimau-harimau kuper ini, aku bersama temanku Amirudin (alias: iam) pergi ke Laboraturium Multimedia dengan rencana main game bola berdua. Tapi hal itu kandas, ketika aku tau kalo Lab. MM lagi rame.

Dan disinilah... disinilah distorsi hidupku tercipta.

Seturunya dari tangga (karena Lab. MM di lantai dua), ada seorang juniorku (yang paling aku pengen pipisin mukanya) menyapaku dengan ramah,

"Ngapain disini?", kata si Peggy. "Gak ngapa-ngapain.", sambungku.

Tanpa alasan yang jelas, dia melontarkan kalimat ambigu padaku,

"Eh, lewat jalan ini, kamu bakal ketemu doi.", dengan tangan menunjuk daerah ke Perpustakaan sekolah.

Tanpa pikir panjang, aku campakan saja ucapannya. Dan kembali melanjutkan jalan. Tapi ternyata, yang dia maksud adalah si Deby. Siapa Deby? Apa hubungannya denganku? Begini ceritanya,

~*Deby*~
Deby adalah nama adik kelasku yang menurutku cantik. Dimukanya, dia punya semua hal yang aku dambakan untuk ku jadikan pacar. Temen-temenku bilang kalo dia cantik tapi sikapnya buruk. Dia sering ngelabrak orang. Buset dah...

HEEEEBBBBAAATTT!!!

Bukanlah hal negatif yang ada dipikiranku, tapi aku malah berfikir...

'Setidaknya jika dia jadi pacarku, dia bisa menutupi ke-banci-anku dengan aura sangarnya.'

Itulah dia. Tapi aku gak mungkin punya pacar sepertinya. Itu mustahil. Gigi palsuku pun tertawa ketika tau aku suka gadis kecil ini. Aku hanya bersyukur, 'Ternyata Allah masih mau menciptakan gadis yang sesuai dengan seleraku'. Sungguh malu sebenernya, mengumbar hal ini disini, tapi biarlah, aku terima kalo emang ada yang bilang aku ini cowo murahan.
~*-*~

Kembali ke yang tadi. Saat aku berjalan, aku berpapasan dengan si Deby ini. Dengan senyum yang frontal dan moment menatap matanya yang singkat, aku hanya sempat mengatakan...

'Hai....................'

Dan....
Dia hilang dari pandanganku.
Aku tersenyap dalam senyum, karena itu moment pertama aku norak. Sebelumnya aku gak pernah bisa berkata sesuatu kepada seorang cewe yang emang belum pernah aku kenal secara resmi (kenal secara resmi: Jabat tangan dan saling tukar nama).

Yah, mungkin itulah sebuah adegan dari slogan.... Magical of Love.

Tidak ada komentar

Posting Komentar